Selasa, 11 September 2012

Resensi Novel Ranah 3 Warna

Ringkasan Cerita Novel Yang Berjudul Ranah 3 Warna

Alif yang merupakan lulusan dari Pondok Pesantren Madani Ponorogo,memiliki impian untuk belajar hingga ke negeri Paman Sam. Dengan semangat yabg membara dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namunkawan karibnya, Randai meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, adasatu hal penting yang tidak dia miliki, yaitu ijazah SMA! Karena terinspirasisemangat tim dinamit Denmark, dia mendobrak rintangan berat tersebut. Barusaja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpaampun. Alif pun hampir menyerah, tapi dia teringat oleh mantra dari PM ´manshabara zhafiraµ. Siapa yang bersabar akan beruntung.Pengumuman UMPTN pun tiba, Alif diterima di HI-UNPAD, walaupun tidaksesuai dengan pilihannya yaitu ITB, tetapi Alif tetap menerimanya.

Dibekalisepatu hitam oleh ayahnya Alif berangkat ke Bandung untuk memulai kuliah.Berbagai tantangan dia hadapi selama kuliah di UNPAD, mulai dari keinginanmenjadi seorang penulis dengan berguru ke seorang senior bernama Bang Togar yang mendidiknya dengan keras hingga artikel Alif dimuat di media lokalBandung. Namun malang tidak dapat ditolak, baru beberapa bulan Alif kuliah,ayahnya meninggal. Kehilangan sosok ayah yang menjadi tulang punggung keluargamembuatnya goyah, siapa yang membiayai sekolah adik-adiknya? Alif hampirputus asa, tapi sosok seorang Ibu menyemangatinya sehingga dia melanjutkankembali kuliahnya.Dalam perjalanan kuliahnya, Alif mencoba mengikuti tes pertukaranpelajar ke Amerika, bermodalkan niat dan tekad, Alif pun berhasil lolos denganberbagai pertimbangan yang diberikan oleh panitia. Kanada! Ya itu tempat yangakan Alif tuju, impiannya untuk menginjakkan kaki di Amerika akhirnya tercapai.Raisa yang merupakan perempuan yang Alif sukai lolos seleksi pertukaran pelajar.Alif menambah banyak teman, dari rombongan pertukaran pelajar tersebut.

Di sebuah kota kecil di Kanda Alif tinggal, dia tinggal dengan homestayparent yang bernama Franco Pepin. Banyak pengalaman yang Alif dapatkan saatdi Kanada, mulai canda, tawa, cinta, sedih campur menjadi satu hingga Alifmendengarkan pernyataan dari Raisa secara tidak sengaja yang menyatakan bahwa dia tidak ingin pacaran, tapi dia ingin langsung ke jenjang pernikahan. Halini menyebabkan Alif mengurungkan niatnya untuk menyatakan perasaannya, diamenyimpan surat itu hingga suatu hari nanti.Setahun berlalu, Alif dan rombongan pertukaran pelajar kembali keIndonesia. Beberapa tahun kemudian, Alif lulus, tapi di hari kelulusan itu, saatdia ingin menyerahkan surat tersebut ke Raisa, hal yang tidak disangka terjadi,Raisa telah bertunangan dengan Randai, kawan karibnya! Dengan perasaan yangcampur aduk dia berusaha mencoba untuk menerimanya. Setelah 10 tahun, Alifmenepati janjinya ke Franco Peppin untuk mengunjungi dia kembali di Kanadadengan seorang istrinya. Di puncak bukit kota itu dia menatap terbitnya mataharidengan istrinya, dia bernostalgia dengan perjuangannya yang keras dia bisamenjadi besar seperti ini, berkat 2 mantra dari Pondok Madani ´man jadda wa jaddaµ dan ´man shabara zhafira.

Resensi dari Novel Yang Berjudul Ranah 3 Warna
 
  • Identitas Novel :
Judul : Ranah 3 Warna
Penulis : A. Fuadi
Tahun Terbit : 2011
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 473  
  • Latar Belakang Penulis :
A Fuadi lahir di nagari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Ibunya guru SD, ayahnya guru madrasah.
Lalu Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat.

Gontor pula yang membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, ”man jadda wajada”, siapa yang bersungguh ­sungguh akan sukses.
Juga sebuah hukum baru: ilmu dan bahasa asing adalah anak kunci jendela-jendela dunia. Bermodalkan doa dan manjadda wajada, dia mengadu untung di UMPTN. Jendela baru langsung terbuka. Dia diterima di jurusan Hubungan Internasional, UNPAD.

Semasa kuliah, Fuadi pernah mewakili Indonesia ketika mengikuti program Youth Exchange Program di Quebec, Kanada. Di ujung masa kuliah di Bandung, Fuadi mendapat kesempatan kuliah satu semester di National University of Singapore dalam program SIF Fellowship. Lulus kuliah, dia mendengar majalah favoritnya Tempo kembali terbit setelah Soeharto jatuh. Sebuah jendela baru tersibak lagi, Tempo menerimanya sebagai wartawan. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah para wartawan kawakan Indonesia.

Selanjutnya, jendela-jendela dunia lain bagai berlomba-lomba terbuka. Setahun kemudian, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk program S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya—yang juga wartawan Tempo—adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Kini, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.

Tidak punya cukup uang untuk sekolah, Fuadi bekerja keras untuk mencari beasiswa sejak kuliah. Tidak sia-sia, sampai sekarang Fuadi telah mendapatkan 8 beasiswa dari luar negeri, membuat dia bisa mencicipi pengalaman belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat dan Inggris.
Fuadi dan istrinya tinggal di Bintaro, Jakarta. Mereka berdua menyukai membaca dan traveling.
”Negeri 5 Menara” adalah buku pertama dari rencana trilogi. Buku-buku ini berniat merayakan sebuah pengalaman menikmati atmosfir pendidikan yang sangat inspiratif. Semoga buku ini bisa membukakan mata dan hati. Dan menebarkan inspirasi ke segala arah.
Sebagian royalti diniatkan untuk merintis Komunitas Menara, sebuah organisasi sosial berbasis relawan (volunteer) untuk memajukan pendidikan khususnya buat orang yang tidak mampu. Ke depan, Komunitas Menara ingin menyediakan sekolah, perpustakaan, rumah sakit, dan dapur umum secara gratis buat kalangan yang tidak mampu.
  • Pokok-Pokok Isi Novel (Unsur Intrinsik)
Tema : Seseorang yang ingin mewujudkan mimpinya seperti seorang Habibie.

Tokoh dan Perwatakan :

Ø Alif: Tokoh 'aku' dalam cerita ini.

Ø Randai: Teman Alif sejak kecil yang selalu bersaing dalam mengejar impian.

Ø Raisa: Teman sekaligus tetangga Alif di Bandung, dan Alif jatuh hati padanya.

Ø Rusdi: Teman satu grup Alif yang unik dan pandai berpantun

Ø Francois Pepin: Homologue Alif di Quebec

Alur :

Novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya.

Sudut Pandang :

Novel ini memakai sudut pandang orang pertama tunggal sebagai tokoh utama.

Latar :

Tempat : Pondok Pesantren Madani Ponorogo.
Suasana : Menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
Waktu : Pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari.

Bahasa :

Bahasa yang digunakan dalam novel ini tetap bahasa Indonesia walaupun ada sedikit bahasa yang tidak menggunakan bahasa Indonesia.

Sinopsis

Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya? Tinggi betul. Ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika.

Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya. Ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah?

Terinspirasi semangat tim dinamit Denmark, dia mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya: “Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?” Hampir saja dia menyerah.

Rupanya mantra 'man jadda wajada' saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat mantra kedua yang diajarkan di Pondok Madani: ''man shabara zhafira'. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya?

Kemana nasib membawa Alif? Apa saja 3 ranah berbeda warna itu? Siapakah Raisa? Bagaimana persaingannya dengan Randai? Apa kabar Sahibul Menara? Kenapa sampai muncul Obelix, orang Indian dan Michael Jordan dan Ksatria Berpantun? Apa hadiah Tuhan buat sebuah kesabaran yang kukuh?

Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimana impian tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup terus digelung nestapa. Tuhan bersama orang yang sabar.

Amanat

1. Janganlah cepat mudah putus asa dalam meraih cita cita walaupun banyak rintangan yang harus kita hadapi karena Tuhan pasti memberikan jalan yang terbaik.

Kelebihan :

Dalam hal organisasi novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit.

Kelemahan :

Menggunakan kata kata yang sulit dimengerti dalam novel tersebut. Contohnya kata 'man jadda wajada' dan kata ''man shabara zhafira'.







Tidak ada komentar: