Minggu, 09 September 2012

Resensi Novel Laskar Pelangi


  • Ringkasan Cerita Novel Laskar Pelangi

SD Muhammadiyah tampak begitu rapuh dan menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka.

Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu, terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa bersekolah tak pernah mendapatkan rapor.


Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras, sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan.

Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) telah berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu.

Dari waktu ke waktu mereka berdua bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar tegar, tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi.

Keajaiban terjadi ketika sekolah Muhamaddiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi mampu menjuarai karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu prestasi yang puluhan tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN.

Tak ayal, kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah Muhamaddiyah ketika Lintang, siswa paling jenius anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma tinggal satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus menghidupi keluarga, sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia.

Belitong kembali dilanda ironi yang besar karena seorang anak jenius harus keluar sekolah karena alasan biaya dan nafkah keluarga justru disekelilingnya PN Timah menjadi semakin kaya raya dengan mengekploitasi tanah leluhurnya.

Meskipun awal tahun 90-an sekolah Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali sudah tidak bisa membiayai diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluruhan budi, dan ketekunan yang diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar pelangi. Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sebelas orang anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager di salah satu perusahaan multi nasional paling penting di negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa international kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris.

Semua itu, buah dari pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau mereka sendiri di ujung paling Selatan Sumatera sana.

  • Resensi dari Novel Yang Berjudul Laskar Pelangi
1. Judul Resensi : PERJUANGAN ANAK PULAU BELITONG

2. Identitas Novel :

  • Judul Novel : Laskar Pelangi
  • Penulis : Andrea Hirata Seman Said Harun
  • Penerbit : Bentang Pustaka
  • Kota Terbit : Yogyakarta
  • Tahun Terbit : 2007
  • Tebal halaman : 533 halaman

3. Latar Belakang Penulis :

Andrea Hirata, lahir di Belitong. Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sains dan sastra. Edensor adalah novel ketiganya setelah novel-novel best seller Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai akademisi dan backpacker. Ia mendapat beasiswa untuk kuliah di Paris, Perancis. Saat ini Andre tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT. Telkom. Hobinya naik komidi putar. Komunikasi dengan Andrea dapat melalui www.Andrea-Hirata.com.

4. Pokok-Pokok Isi Novel (Unsur Intrinsik) :

  • Tema : Persahabatan sepuluh anak Belitong
  • Tokoh dan Perwatakan :
  1. Aku sebagai ikal : tidak mudah putus asa dan tegar.
  2. Ayah ku/ayah ikal : baik hati dan bijaksana.
  3. Pak K.A. Harpan Noor : baik hati, ramah dan sabar.
  4. Ibu N.A. muslimah Hafsari : sabar, baik hati dan penyayang.
  5. Lintang : pantang menyerah dan cerdas.
  6. Mahar : kreatif, imajinatif dan cerdas.
  7. Trapani : manja dan cerdas.
  8. Kucai : hiperaktif, susah diatur dan benyak bicara
  9. Sahara : keras kepala, cerdas dan baik hati.
  10. A kiong : baik dan sedikit aneh.
  11. Harun : baik tetapi agak keterbelakangan mental.
  12. Borek : nakal dan susah diatur.

  • Alur : Novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya.

  • Sudut Pandang :  Orang pertama tunggal sebagai tokoh utama.

  • Latar : 
  1. Tempat : di sekolah, di bawah pohon, di gua, dan di rumah.
  2. Suasana : menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
  3. Kapan : siang hari, sore hari, dan malam hari.

  • Keunggulan Novel
  1. Dalam hal organisasi novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit.
  2. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah tokoh utama buku ini.

  • Kelemahan Novel : Namun ada satu kelemahan penting yang harus diwaspadai oleh para pembaca. Hal ini agar mereka tidak terpengaruh oleh satu ide yang ada di dalamnya. Ide itu adalah ide tentang teori kreasionisme (penciptaan). Ide teori kreasionisme (penciptaan) merupakan kebalikan dari teori Evolusionisme. Ide itu sungguh antik karena meski demikian minim bukti tetapi pemujanya demikian militan. mereka diamini oleh kelompok-kelompok puritan religius yang merasa terancam oleh keberadaan teori Evolusi.

  • Bahasa : Bahasa yang digunakan tetap bahasa Indonesia tetapi tidak jarang kita jumpai bahasa daerah yang dimana tempat kejadiannya adalah Belitung, yaitu pulau terpencil yang ada di Sumatra.

  • Sinopsis :
    Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota Laskar Pelangi, sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak menyerah waktu keadaan tak bersimpati pada mereka. Lihatlah Lintang, seorang kuli opera cilik yang genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk memuaskan dahaganya akan ilmu-ilmu. Dan juga sembilan orang Laskar Pelangi Lainnya yang begitu bersemangat dalam menjalani hidup dan berjuang meraih cita-cita.
    Selami kehidupan ironis dan haru 10 anak Belitong tersebut, indahnya petualangan dan temukan diri Anda tertawa,menangis,dan tersentuh saat membaca tiap lembarnya.

  • Amanat Novel :
  1. Janganlah menyerah, hiraukan orang yang menggangumu, teruslah berjalan jika menurutmu itu benar.
  2. Dari bersekolah dengan sungguh-sungguh cita-cita akan tercapai walaupun dengan usaha dan perjuangan yang sulit.

Tidak ada komentar: